Mahfuz: Panglima TNI Definisikan Secara Tepat Ancaman NKRI
Lewat Puisi Yang Viral
Anggota DPR RI, Mahfuz Sidik mengapresiasi penjelasan Panglima TNI
terkait ancaman bangsa Indonesia dan NKRI saat Rapat Pimpinan Nasional
(Rapimnas) Partai Golkar, Senin (22/5) lalu. Menurutnya penjelasan Panglima TNI
soal ancaman NKRI ini sudah sangat tepat dengan kondisi saat ini.
Mahfuz menjelaskan ada yg menarik dari perhelatan Rapimnas
Partai Golkar. Yaitu saat kemarin, Panglima TNI hadir sebagai pembicara. Di
tengah paparan tentang menjaga dan membangun NKRI, Jenderal Gatot Nurmantyo
membacakan sebuah puisi karya Deny JA berjudul 'Tapi Bukan Kami Punya'.
"Panglima TNI sedang menunjukkan inti masalah yang
sedang berkecamuk di banyak pikiran dan perasaan masyarakat Indonesia. Masalah
yang jika tidak dicarikan solusi sistemik dan struktural, akan menjadi ancaman
nyata bagi NKRI," kata Mahfuz kepada Republika.co.id, Selasa (23/5).
Mahfuz melanjutkan, selama ini ada upaya menggiring opini
bahwa ancaman NKRI adalah kelompok-kelompok muslim yang aktif bergerak membela
hak-hak agamanya. Mereka kemudian diberi stempel anti keberagaman, anti
pancasila dan anti NKRI.
Sebaliknya pihak yang menjadi sumber awal kegaduhan justru
ditampilkan sebagai simbol keberagaman, pancasila dan NKRI. Dari penggiringan
opini ini, menurut anggota DPR RI dari Fraksi PKS ini, muncul dua masalah baru.
Pertama, terjadi gejala polarisasi ideologis antara
masyarakat muslim dan non-muslim. Kedua, ada gejala konflik horizontal antar
unsur masyarakat muslim, yaitu antara yang mengklaim pihak moderat dan yang
dituding pihak radikal.
"Saya setuju penuh dengan pernyataan Wapres JK (Jusuf
Kalla) saat maraknya aksi bela Islam di Jakarta. Beliau katakan bahwa di balik
aksi ini ada endapan rasa ketidakadilan akibat kesenjangan ekonomi yang sangat
besar," ujar Mahfuz
Menurutnya, apa yang sedang terjadi adalah masalah sosial-ekonomi
yang dipicu menjadi masalah politik-ideologis oleh seseorang atau sekelompok
orang. Padahal dipersepsikan masyarakat muslim akar permasalahan ini adalah
kesenjangan.
"Nah dengan puisi itu, Panglima TNI sebenarnya
mengingatkan kita semua bahwa inti masalah adalah kesenjangan sosial-ekonomi
dan penguasaan aset kekayaan nasional di tangan segelintir orang. Dalam sejarah
konflik ummat manusia di manapun, ini adalah sebab pokok dari berbagai konflik,
perpecahan dan kehancuran banyak bangsa," jelasnya.
Maka, ia menyarankan sudah sepatutnya semua pihak terutama
para pemimpin lembaga negara, partai politik dan tokoh-tokoh masyarakat
menyadari betul hal ini. Mereka harus keluar dari perangkap polarisasi
ideologis dalam melihat dan menyikapi masalah bangsa. Namun mereka harus berani dan mau untuk masuk
ke jantung masalah yang sebenarnya.
"Ingatlah akan pepatah, memahami masalah adalah
setengah dari jawaban. Jika salah memahami masalah, maka kita tak akan pernah
sampai kepada jawaban. Yang terjadi justru kita menambah masalah baru,"
ungkapnya.
Mahfuz pun mendukung agar TNI terus menjelaskan kepada semua
unsur masyarkat akan hal ini. Ini tugas kenegaraan dan kebangsaan TNI yang
diatur dan dijamin UU. Jangan tunggu bangsa ini larut dalam konflik, lalu TNI
baru ambil peran sebagai pemadam kebakaran. -Rol